Sabtu, 20 Oktober 2018





GAMBARAN TINGKAT KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI DESA LAMBARO SKEP KECAMATAN KUTA ALAM KOTA BANDA ACEH



Siti Maryam1, Fadli A. Gani2

1Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh-Lhokseumawe
2Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Diterima 25 Maret 2015/Disetujui 7 Oktober 2015



ABSTRAK
Pembangunan  pangan  dan  gizi  adalah  upaya  pembangunan  yang  bersifat  lintas  sektoral  yang  saling
berkaitan, yang tujuannya untuk mencukupi pangan  m asyarakat secara merata dalam jumlah maupun mutu gizinya sehingga terpenuhi salah satu kebutuhan pokok guna meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan me ngetahui gambaran tingkat ketersediaan pangan keluarga dan status gizi anak balita  pada  keluarga  miskin  Desa  Lambaro  Skep  Kecamatan  Kuta  AlaKota  Banda  Aceh.  Hasil penelitian  menunjukan  bahwa  40,3%  tingkaketersediaan  pangan  terjamin,  sedangkan  59,7%  berada pada  rawan  pangan  dengan  berbagatingkatanKonsumsenergi  untuk  anak  balita  umur  1-3  tahun sebanyak 50 % telah mengkonsumsi sesuadengan kebutuhan yang telah dianjurkan yaitu 1250 Kkal. Untuk anak balita umur 4-5 tahun 87,5 % konsumsi energinya kurang dari yang dianjurkan (1750) Kkal. Konsumsi protein pada anak balita umur 4 -5 tahun lebih besar kekurangan protei(75%) dibanding pada anak balita 1 -3 tahun (37,7 %). Status gizi balita menurut umur, dari 30 sampel usia 1 -3 tahun
60%  mempunyai  statugizi  baik,  36,7  %  status  gizi  kurang,  dan  3,3,  %  status  gizi  buruk.  Pada kelompok umur 4 -5 tahun status gizi kurang terbanyak 75 %, gizi ba ik 18,8 dan status gizi buruk 6,3 %.

Kata Kunci : Ketersediaan Pangan, Status gizi



PENDAHULUAN

Merosotnya perekonomian nasional yang berakiba imflas terus   meningka da krisis ekonomi yang masih melanda Indonesia, telah membawa dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara kita. Pada  sektokesehatan  masyarakat,  upaya perbaikan  gizi  yang  dikembangkamelalui berbagai program pemerintah dan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi dan konsumsi pangan sehingga berdampak pada perbaikan gizi masyarakat dan lebih lanjut dapat meningkatkan  intelektualitas,  produktiv itas,  dan prestasi kerja masyarakat, terutama pada balita. Sebagaimana  diketahui,  dampak   kesehatan  dan gizi yang tidak baik pada bayi dan balita berakibat pada organ otak yang tak terpulihkan (irreversible). Bila kondisi ini terjadi tidak diselesaikan dengan baik kemungkinan besar kita akan kehilangan kesempatan menjadi bangsa yang tangguh pada generasi mendatang.

Menurut Untoro (2004), keadaan gizi anak balita di Indonesia,    hingga saat ini masih memprihatinkan. Pada tahu200masih  terdapat
27,3  %  atasekitar  5  jutanabalita  menderita gizi kurang dan 8,0 % atau sekitar 1,3 juta diantaranya mengalami gizi buruk.
Berdasarkan   laporan   Depkes   RI   (2003), pada tahun 2000 terjadi gizi buruk di Aceh 16,10
%, tahun 2001 turun menjadi 6,50 % dan tahun 2002 kembali turun menjadi 5,40 %. Menurut laporan Menteri Kesehatan RI (2005), 11,4 % anak balita
dAceh  mengalami masalah kekurangan pangan
gizi  akut,  angka  ini  sedikit  lebih  tinggdari kriteria badan kesehatan dunia (WHO), yang menyatakan besaran masalah kekurangan gizi akut di atas 10 % merupakan masalah serius.
Dampak lain dari krisis ekonomi mengakibatkan  terjadinyperubahapola konsumsi pangan di masyarakat dan gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor akibat tidak tercukupinya pangan dan kebutuhan gizi. Hal ini menimbulkan bencana kelaparan dan kurang gizi



yang berakibat pada penurunan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya   Manusia   (SDM yang   berkualitas yaitu SDyanmemilikfisik  yang  tangguh,  mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kekurangan gizi dapat merusak kualitas SDM disamping   dapat   mencega masyarakat untuk berkiprah dan berpartisipasi dalam pembangunan.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar, dianggap strategis dan mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis. Terpenuhinya pangan secara kwan titas dan kuwalitas merupakan hal yang sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang. Undang-undang pangan nomor 7 tahun 1 9 9 6  juga mengamanatkan bahwa pangan merupakan salah satu kubutuhan pokok yang pemenuhannya merupakan bagian dari hak azasi nanusia (Martianto dan Ariani, 2004).
Pembangunan  pangan  dan  gizadalah upaypembangunan  yang  bersifat  lintas sektoral yang saling berkaitan, yang tujuannya untuk mencukupi pangan  masyarakat secara merata dalam jumlah maupun mutu gizinya sehingga terpenuhi salah satu kebutuhan pokok guna meningkatnya kesejahteraan masyarakat.                         Ketahanan pangan Indonesia selama tiga dekade lalu, be rada dalam   kondis yan akti denga ketersediaan pangan  perkapita  meningkat  dari  200kkal/hari pada tahun 1960-an menjadi sekitar 2700 kkal/hari awal tahun l990-an (Food And Organization,1996).
Prevalensi gizi kurang akut sangat berhubungan  erat  dengan  masalah -masalah  lain, seperti kemiskinan, pengetahuan dan perilaku gizi yang rendah, kondisi sanitasi yang kurang serta kebutuhan makanan yang tidak tercukupi. Faktor lain yang berkaitan dengan status gizi dan pertumbuhan balita adalah penyakit infeksi.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan  datamaka  yang  menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana
tingkat  ketersediaan  pangan  keluarga  dan  status
gizi anak balita pada keluarga miskin di Desa Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat ketersediaan pangan keluarga dan status gizi anak balita pada keluarga miski Desa   Lambar Ske Kecamata Kuta Alam Kota Banda Aceh.

METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Penelitian
Disain    penelitian    ini    dilakukan    dengan
pendekatan cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Desa Lambaro Skep Kecamatan Kuta

Alam Kota Banda Acepada bulaJunsampai Agustus 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga miskin yang  ada di desa Lambaro Sekep, sedangkan yang menjadi sampel adalah seluruh keluarga miskin yang mempunyai balita (1 -5 tahun) yaitu sebanyak 62 KK.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1.     Karakteristik keluarga (umur orang tua, pekerjaan orang tua). Pengumpulan data
diperoleh dengan pengisian kuesioner.
2. Data tingkat ketersediaan pangan keluarga diperoleh dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner.
3.   Tingkat konsumsi energi dan protein, diperoleh dengan menggunakan formulir           List-recall method selama 2 x 24 jam yang meliputi jenis bahan makanan dan jumlah yang dikonsumsi.
4. Status gizi balita dengan cara melihat hasil penimbangan berat badan dan umur balita.

Pengolahan dan Analisis Data
1.     Karakteristik keluarga. Umur ibu dihitung dalam tahun,  kemudian  dipersentase.  Data  pekerjaan
ayah    dan    ibu    dikelompokkan    berdasarkan
jenisnya dan dihitung persentasenya.
2.     Tingkat      ketersediaan      pangan      diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan kuesionar yang disusun oleh Bickel,
dkk   (2000).   Untu keluarg yan memiliki
balita dikatagorikan sebagai berikut:
a.  Terjamin:   Jika   kurang   dar ata sama dengan  dar1pertanyaan  yang disediakan, dijawab dengan sering atau kadang-kadang ya,   da hampi setiap bula atau   beberapa   bula tetap tidak setiap bulan.
b. Rawan kelaparan, dikelompok atas tiga katagori yaitu:
-    Rawan kelaparan tingkat ringan : jika 3-
7 dari pertanyaan yang ada, diantaranya dijawab : sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tapi tidak setiap bulan
-    Rawan kelaparan tingkat sedang : jika 8-
12 dari 18 pertanyaan yang ada diantaranya dijawab : sering/kadang- kadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan.
-    Rawan kelaparan tingkat berat : jika 13-
18 dari 18 pertanyaan yang ada diantaranya dijawab : sering/kadang- kadang, ya dan hampir setiap bulan/ beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan.
3.    Data  konsumsi  pangan  anak  balita  diperoleh dengan metode ricall selama 2x24 jam melalui wawancara dengan ibu atau anggota keluarga
lain yang adala di rumah dengan menggunakan
formulrir  list  recall  form.  Tingkat  konsumsi energi dan protein anak balita diukur dengan



mengkorversikan  makanan  yandimakan dalam bentuk kalori dan protein lalu dibandingkan dengan angka kecukupan gizi anak balita yaitu :
a. Umur 1-3 tahun :
Energi  1250 kkal = cukup
 1250 kkal = kurang
Protein  23 gra = cukup
 23 gram    = kurang
b. Umur 4-5 tahun :
Energi  1700 kkal = cukup
 1700 kkal  = kurang
Protein  32 gra = cukup
 32 gra = kurang
4.    Status  gizi  diperoleh  dengan  cara  melakukan
penimbangan berat badan (BB/U) dan baku rujukan yang digunakan adalah menurut WHO- NCHS dengan katagori: gizlebih, gizi baik, gizi kurang, gizi buruk dengan rumus perhitungan Z-score yaitu sebagai berikut :

Data yang telah dikumpulkan dikelompokkan menurut  peubahnya,  kemudian  ditabulasi  dan dianalisis secara deskriptif.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketahanan pangan keluarga adalah kemampuan setiap keluarga dalam memenuhi kebutuhan konsumsi pangan bagi anggota keluarganya dan memiliki kemampuan untuk mengaksepangasecarfisik  yang ditunjukkkan untuk ketersediaan pangan maupun secarekonomyang  berkaitadengan pendapatan keluarga. Ketahanan pangan keluarga dapat dilihat dari kecukupan konsumsi maupun ketersediaapangayandidukunoleh kemampuan daya beli keluarga.

Tingkat ketersediaan pangan
Tingkat  ketersediaan  pangan  keluarga  di
Desa Lambaro Skep yang diukur secara kuantitatif yang dalam hal ini dilihat dari tingkat kerawanan pangan  keluarga.  Pada  Gambar  1  terlihat  bahwa
dari  62  responden  yang  diwawancarai  ternyata
40,3% tingkat ketersediaan pangan terjamin, sedangka 59,7%   berada   pad rawa pangan dengan berbagai tingkatan. Hal ini dikarenakan kemiskina yang menyebabkan keluarga tidak mampu  membelpangan  untuk  mencukupi kebutuhan minimum keluarga.

Gambar 1 Distribusi Tingkat Ketersediaan Pangan
Keluarga Di Desa Lambaro Skep

Pada Gambar 2 tingkat ketersediaan pangan dibagi dalam kelompok umur anak balita. Pada kelompok umur 1-3 tahun terdapat 53,3% yang mempunyai tingkat ketersediaan pangan rawan tingkat ringan.  Untuk  kelompok  umur  4 -5  tahun tingkat kerawanan pangan tersebar pada rawan pangan tingkat ringan dan sedang yaitu 28,1 dan 25
% sedangka yan terjami sebesar   46, %. Tingkaketersediaan  pangan  sangat  tergantung dari pendapatan dan mata pencaharian keluarga.

Gambar 2 Distribusi Tingkat Ketersediaan Pangan Keluarga Berdasarkan    Umur Anak Balita  Di Desa Lambaro Skep

Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita
Masa balita adalah masa di mana anak -anak harus mendapatkan secara maksimal zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Tersedianya  pangan  yang  cukudalakeluarga baik dalam jumlah maupun mutunya dapat mempengaruhi tingkat konsumsi pangan keluarga. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 62 responden dengan cara recall selama 2 x 24 jam didapatkan bahwa, untuk anak balita umur 1-3 tahun  5 0  %  diantaranya  mengkonsumsi  energi cukuatatelasesuai  dengan kebutuhan yang telah dianjurkan yaitu 1250 Kkal. Untuk anak balita umur 4-5 tahun 87,5 % konsumsi energinya kurang dari yang dianjurkan (1750) Kkal .








Gambar 3Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita
Di Desa Di Desa Lambaro Skep



Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita
Protein merupakan zat gizi yang sangat di butuhkan oleh anak balita untuk pertumbuhan otot dan organ-organ tubuh serta perkembangan otak. Kurangnya protein yang berkepanjangan akan berdampa pad rendahny tingkat   kecerdasan anak. Anak yang tingkat kecerdasannya kurang beresiko untuk kehilangan sebagian besar potensinya untuk menjadi sumber daya manusia kelas satu karena menurunnya kemampuan intelektual  anak.  Tingkat  konsumsi  protein  untuk anak balita di Desa Lambaro Skep umur 1 -3 tahun adalah  63,3  %  konsumsproteinnycukup  atau diatas kebutuhan yang dianjurkan yaitu 23 gram. Untuk yang berumur 4 -5 tahun konsumsi protein yang kurang sebesar 75 %.
Gambar 4 Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita
Di Desa Di Desa Lambaro Skep

PadGambar  4  terlihat  jelas  pada  anak balita umur 4-5 tahun lebih besar kekurangan protein  (75%)  dibanding  pada  anak  balita  1 -3 tahu (37, %) Bil dilihat   dar rata-rata konsumsi  energdan  protein  yang  dkonsumsi anak balita sebagian besar masih berada di bawah kecukupan. Hanya rata-rata konsumsi protein pada usia 1-3 tahun yang telah sesuai dengan anjuran Angka Kecukupan Gizi (AKG). Ini disebabkan karena pada usia 1-3 tahun merupakan usia konsumtif pasif, dimana anak masih mau makan apa saja yang diberikan oleh ibunya atau pengasuhnya. Dan  padusia  ini  masih  terdapat  susu  didalam menu makanan sehari-hari. Pada usia 4-5 tahun selain tidak mendapatkan susu, mereka juga telah bisa memilih makanan apa yang mereka suka, sehingga peran orang tua sudah mulai berkurang dalam memperhatikan makanan bagi anak mereka.
Tersedianya pangan yang cukup dalam keluargatau  masyarakatbelum  menjamin bahwa    kebutuhan    akan    gizi    setiap    anggota
keluarga  sudah  terpenuhi.  Kecukupan  gizi  bagi
seseorang sepenuhnya tergantung pada apa yang dimakannya,  (Suharjodkk)Ketersediaan makanan dalam rumah tangga tidak dapat memberikan gambaran tentang distribusi di rumah tangg ata individu,   denga perkataa lain tingkat ketersediaan tidak indentik dengan kualitas yang  dikonsumsoleh  masyarakat  ataupun perorangan.
Situasi pangan dan gizi masyarakat dipengaruh ole berbaga fakto yan saling
terkait     dan     sangat     komplek,     mulai     dari

kemampuan produksi, penyediaan pangan, kelancaran  distribusi,  struktudan  jumlah penduduk, daya beli rumah tangga, sampai pada kesadaran gizi penduduk dan keadaan sanitasi lingkungan.
Banyafaktor  yanmempengaruhi keadaan gizi seseorang. Konsumsi yang kurang bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan harta saja, tetaprendahnya  pengetahuan  tentang  kebutuhan gizanak,  sikap  tidak  pedulmerupakan  faktor utama yang menyebabkan kurangnya konsumsi energi dan protein pada anak balita 4 -5 tahun.


Status Gizi
Pada kelompok balita, satu dari tiga anak di dunia  menderita  kekurangan  gizi  dalam  bentuk
gangguan         pertumbuhan         karena         kurang
mengkonsumsi energi dan protein (KEP). Tidak jarang anak yang kekurangan energi dan protein juga  menderita  kekurangan  vitamin  dan  mineral. KEP adalah salah satu masalah gizi kurang akibat konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung energi dan protein serta karena gangguan kesehatan. Manifestasi dari KEP dalam diri penderitanya ditentukan dengan mengukur status gizi anak. Jenis penderita  ini  banyak  dijumpai  di  daerah -daerah miskin di Propinsi Aceh.


Gambar 5 Sebaran Status Gizi Anak Balita Di
Desa Di Desa Lambaro Skep

Status  gizanak  balita  dukur  melalui berat badan menurut umur  ( BB/U ) yang dalam penelitian ini menggunakan daftar baku antropometryaitbaku WHONCHS berdasarkan perhitungan Z-score, yang dikatagorikan gizi lebih, gazi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Dari 62 anak balita yang dijadikan sampel 56,5 % anak balita mempunyastatugizkurang  dan  4,8  % berstatus gizi buruk.
Hanya 38,7 % yang berstatus gizi baik. Bila dibandingkan dengan angka dari menteri kesehatan RI   2005), 11,4 % anak balita di Aceh mengalami masalah gizi akut.
Bila dikelompokkan menurut umur, dari 30 sampel usia 1-3 tahun 60% mempunyai status gizi baik, 36,7 % status gizi kurang, dan 3,3, % status gizi buruk. Pada kelompok umur 4 -5 tahun status



gizi  kurang  terbanyak  75  %,  gizi  baik  18,8  dan status gizi buruk 6,3 %.
Gambar 6 Sebaran Status Gizi Berdasarkan Kelompok Umur Anak    Balita di Desa Lambaro Skep

Gizi   kuran pada   anak   sangat   berbeda sifatnya  dengan  orandewasa.  Pertama,  kurang gizi pada anak tidak mudah dikenali oleh masyarakat bahkan oleh keluarga. Artinya, gizi kurang   yang   terdapat   pad ana tida segera menjadperhatian  karena anak tampak tidak sakit. Kedua, terjadinya gizi kurang pada anak balita tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana kurang pangadakelaparan  seperthalnya  pada  gizi buruk orang dewasa. Artinya dalam keadaan pangan yang berlipah pun, masih mungkin terjadi kasus gizi kurang pada balita. Ketiga, oleh karena faktor  penyebab timbulnya gizi  kurang anak balita lebih komplek, maka upaya penanggulangannya memerlukan pendekatan dari berbagai segi kehidupan anak secara terintegrasi. Artinya, tidak cukup dengan memperbaiki aspek makanan tetapi juga lingkungan, mutu pelayanan kesehatan dan sebagainya. Keempat, pencegahan dan penanggulangan  balityang  menderitgizi kurang  dan  gizi  buruk  memerlukan   partisipasi aktif  orang  tua  damasyarakasetempat (Soekirman, 2000).
Makanan kadang-kadang tidak menjadi bermanfaasepertyanharapkan,  karena masyarakat kurang mengerti dalam memanfaatkan dan  pengolahan  bahan  makanan  tersebutBegitu juga makanan yang diberikan untuk anak balita. Biskuit dan susu yang diberikan tidak terpikirkan oleh ibu untuk diolah menjadi makanan lain yang lebi d sukai   ole ana mereka sehingga makanan tersebut tidak menumpuk di gudang.
Semuanya ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi dan pendidikan yang lebih diutamakan. Hal ini juga memperlihatkan perlunya perhatian yang lebih besar terhadap penyedia makanan yang sesuai menurut kebiasaan setempat.




Gambar 7 Tingkat Ketersediaan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Anak  Balita di Desa Lambaro Skep


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I. 2005. http:/www. Ero muslim.
Com/br/ns/54/18487, I, V, html

Depkes R.I, 2002. Pedoman Penanggulangan Masalah
Gizi Dalam Keadaan Darurat . Jakarta

Depkes R.I. 2003, Gizi Dalam Angka Sampai Tahun
2002. Direktorat Jenderal Gizi Masyarakat. Jakarta.

FAO ( Food and Organization ). Dikutip oleh S.Maryam dalam Penyusunan rencana penelitian Startegi Koping Keluarga Terkena Musibah bencana Gempa dan Tsunami di Nanggroeu Aceh Darusalam tahun 2005.

Hardinsyah dan D. Martianto. 1988. Menaksir Kecukupan Energi Dan Protein Serta Penilaian Mutu Gizi konsumsi Pangan. Wirasari.Jakarta.

Hardinsyah, dkk. 1999. Membangun Sistem Ketahanan Pangan yang Tangguh. DalamA.R.Thaha, Hardinsyah. A. Ala, Pembangunan Gizi dan Pangan dari Presfektif Kemandirian Local.

Hardinsyah dan Briawan.1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB.

Jahari. A. B. 2002. dalam lokakarya Perumusan Indikator Kelaparan . Kerja sama Pusat Studi KebijakaPangan  daGizLembaga Penelitian    IPB     dan    Proyek    Koordinasi



Kelembagaan Ketahanan Pangan. Badan Bimas
Ketahanan Pangan ( BBPK), Deptan. Bogor.

Khumaidi. M.1994. Gizi Masyarakat, Jakarta, PT.BPK Gunung Mulia.

Martianto, D dan M. Ariani. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat Dalam Dekade Terakhir dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 17-19 Mai 2004.

Riyadi, H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan           Sumber     Daya     Keluarga,     Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Sohardjo. 1998. Neraca Bahan Makanan, Pusat Antar Universitas IPB Bekerja sama Dengan lembaga Sumberdaya Informasi IPB.
Soekirman1999/2000.  Ilmu  Gizi  dan  Aplikasinya Untuk Keluarga Dan Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suhardjo. 1996. Penilaian  Keadaan  Gizi  Masyarakat.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat jenderal pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan DAN Gizi Bogor.

Supariasa, I. D. N, B. Bakti , I. Fajar.2002 Penilaian
Statun Gizi. Jakarta. Penerbit buku Kedokteran

Suhardjo,dkk.1986.    Pangan Giz dan    Pertanian.
Jakarta. UI-press

Thaha.  A.R,  V.Hadju,  Satoto,  Hardinsyah.  2002.
Pangan dan Gizi di Era Sentralisasi: Masalah da Strategi   Pemecahannya Bogor DPP Pergizi Pangan Industri bekerja sama dengan Pusat Pangan , Gizi dan Kesehatan UNHAS.

Tim Koordinasi Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi,1999. Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi di Indonesia.

Untoro  Rachmi.2004.  Kebijaksanaan  daProgram Gizi Anak di Indonesia Saat Ini dan Mendatang, dalam Inovasi Pangan dan Gizi Untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak. ASA. Jakarta.